Serunya percaturan gunung piramida di Jawa Barat cukup membuat sibuk
kawan-kawan ahli geologi. Cerita atau lebih tepatnya polemik ini menjadi
sebuah kajian cukup seru dalam diskusi di mailist IAGI-net. Ya Milist
Ikatan Ahli Geologi Indonesia ini tergelitik dengan munculnya nama-nama
ahli geologi yang aktif meneliti kebencanaan purba.
Bahkan IAITB Geologi menyelenggarakan kegiatan gowes bareng mengelilingi Gunung Sadahurip ini.
“Waaah, Pakdhe juga penggemar piramida juga, ya ?”
“Thole, apapun yang ada dimuka bumi ini menarik, terutama setelah dibumbui kajian saintifik, mitos dan juga harapan. Tambahan pula adanya polemik dalam membicarakannya”.
Saya menuliskan hal ini setelak Prof. Koesoemadinata mempertanyakan hal yang menarik “Saya
masih tetap tdk mengerti kalau ‘piramid’ Sadahurip dihubungkan dg
katastrofi purba, apakah ada katastrofi apa yg terjadi sehubungan dg
Sadahurip itu?” Demikian pertanyaan Pak Koesoema.
Tulisan ini pendapat pribadi saja sebagai pendongeng geologi dalam menjelaskan fenomena sebuah fenomena.
Yang saya dengar dari kawan-kawan peneliti kebencanaan adalah
hubungan yg mungkin tidak punya relevansi langsung, atau malah tidak
sama sekali, dengan kejadian kebencanaan. Hubungan temporal atau kausal
mungkin tidak lagi relevan dalam hal ini.
Awalnya sebuah penelitian ilmiah kebencanaan masa lalu.
Penelitian kebencanaan masa lalu (katastropik purba) salah satunya
mencari kejadian-kejadian geologi katastropik, misal gempa, longsor dan
lainnya yang terjadi pada satu tempat tertentu. Termasuk melakukan
trenching dengan melihat adanya paleo tsunami sediment. Seperti
pemaparan Pak Andang Bachtiar, awalnya studi ini merupakan sebuah riset
ilmiah, sebuah usaha mencari informasi apakah (bagaimanakah) terjadi
perulangan kejadian bencana. Endapan longsoran tentunya bisa dibedakan
dengan endapan traksi (end sungai).
Salah satu dongengan hal ini pernah dituliskan juga di dongeng ini disini.
Singkat cerita menurut salah satu anggota team ini menemukan ada
gejala kebencanaan disekitar daerah ini (mungkin gempa atau longsoran
terpicu gempa dsb). diantaranya ada gejala katastropik disekitar
Sadahurip dan G Padang (saya kurang jelas mana dulu yg ditemukan).
Lah kok “ndilalah” ada seseorang yang memotret gunung dengan
morfologi seperti piramida (G Sadahurip). Dan ini mengundang polemik
berkelanjutan apalagi ada kelompok lain yang konon mengeklaim menemukan
hal sama (morfologi piramida) di Gunung-gunung di Jawa Barat. Kelompok
ini memang berbeda dengan team katastropik purba.
Entah apa sebabnya kemudian piramida ini yang mencuat lebih ramai ketimbang riset kebencanaan purba.
“Looh jadi menurut Pakde, disitu ada Piramida terkubur seperti Mesir apa ndak ?”
Dan akhirnya malah ada “spekulasi” menghubungkan bencana purba dengan
piramid ini mencuat juga. Spekulasi tentang kebudayaan juga bermunculan
termasuk “spekulasi” adanya kebudayaan tinggi pada jaman dahulu di
Indonesia. Spekulasi bahwa Indonesia ini kebudayaannya sangat maju di
jaman dahulu. Tambahan pula dengan adanya issue Atlantis ! di Sunda lagi
!
Salah satu spekulasi yang terdengar adalah, piramida ini “sengaja”
ditutup oleh manusia Indonesia (manusia Sunda ultra moderen) karena
manusianya berpindah setelah adanya bencana. Sampai disini sepertinya make sense,
tapi buat saya masih ruwet. Karena sependek pengetahuan saya, pada
jaman batu belum ada budaya tinggi. Mirip cerita tentang spekulasi INCA
berhubungan dengan UFO juga di klaim sama juga disini. Absurd kalau
menurut saya, tapi banyak yang mempercayainya.
Peradaban pada saat itu bukan budaya menutupi, bahkan cerita dan
kisah Nabi lebih sering menceriterakan narsisme. Atau adu pamer
kekuatan, pamer kecantikan dll. Bukan menyembunyikan. Kita tahu awalnya
semua program komputer itu bebas diedit dan dimodifikasi, tetapi dengan
sistem lisensi pembeli tidak punya hak lagi. Nah budaya lisensi ini juga
masih baru. Budaya menutupi ilmu juga belum lama.
Spekulasi lainnya adalah piramida ini “tempat persembunyian”. Jadi
mereka barangkali terkubur didalam. Lah kalau terkubur didalam sepertu
bungker, berarti siapa donk yang menguburnya ? Apakah terkubur alami
atau buatan ? Itulah teka dan tekinya. Unik kaan ?
Tehnik yang dilakukan pembuktian ini juga dengan tehnik moderen, ya
diantaranya dengan memanfaatkan IFSAR (interferometric synthetic
aperture radar), juga dengan penggalian dan pengeboran, bahkan katanya
dengan karbon dating utk melihat kapan dikuburnya budaya ini, karena
takut “dicuri” tadi. Adanya lokasi bekas quary (penggalian) yg diinterpretasikan untuk mengubur piramid dsb juga diklaim diketemukan didekatnya.
“Pakdhe, katanya ada Ahli Atlantis juga mau menengok gunung eh piramida ini looh”.
Namun setiap ahli geologi (terutama saya), semestinya tidak dapat
memungkiri bila memang ada sebuah kejadian katastropik dimasa lalu.
Misal bila sedimen-sedimen disitu memang menunjukkan adanya sebuah
endapan hasil longsoran besar, atau sedimen tsunamigenic yg tebal dan berulang dsb. Lah wong
hampir semua endapan lereng Gunung Merapi kan endapan katastopik kan ?
Salah satu mekanisme denudasi ya longsor, yang mungkin saja dipicu oleh
gempa atau gunung meletus. Kalau kita telusuri sebenarnya setiap
pembentukan atau perubahan roman muka bumi ini adalah sebuah bencana
bila terkena lingkungan pemukiman atau daerah aktifitas manusia. Endapan
banjir, endapan longsoran, gunung meltus, pengangkatan sebuah gunung
karena gaya endogen sejatinya sebuah pematahan atau pembentukan lipatan.
Mekanisme pembentukan roman muka bumi ini adalah peristiwa dinamika
bumi. Yang akhirnya disebut bencana ketika ada manusia yang terganggu.
Science, myth, and hope were mixed here !
Salah satu latar belakang dari (kasus piramida) ini menurut saya
adalah “kerinduan” rakyat Indonesia pada sebuah kejayaan bangsa ini !
Kemudian dicari-cari kisah kejayaan masa lampau untuk meningkatkan rasa
percaya diri. Memang tujuannya mulia sekali demi bangsa yg sedang minder
dan anti pemerintah yg korup dsb. Namun kalau dihubungkan dengan sains
kegeologian ya saya akan mengatakannya secara terpisah antara cerita
kebencanaan dan cerita kejayaan bangsa. Juga tidak dipungkiri adanya
polemik justru menumbuhkan pariwisata dsb, memang bukan hal aneh. Karena
ada yg dapat mengambil manfaat ekonomis disitu.
“Pakdhe tahu kalau didalamnya ada piramida ya ?”
“Uwis, ga usah memaksakan kalau memang ga ada ya ngga apa-apa. Kita tetap bangsa yang besar tanpa piramida dan tanpa atlantis sekalipun !
“Kalau
mau iseng bisa saja membuat “circle crop” didekat situ, untuk menambah
kisah seru dan supaya daerah ini menjadi objek wisata baru”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar