Saat ini kita mendengar adanya maksud pemerintah yang berencana
menyatukan tiga wilayah waktu Indonesia dalam satu zona, yaitu GMT+8
atau Waktu Indonesia Tengah. Konon penyatuan zona waktu bertujuan
menciptakan efisiensi birokrasi dan peningkatan daya saing dalam ekonomi
global.
Bagaimana ceritanya kok bisa meningkatkan efisiensi dan daya saing ?
“Lah hiya Pakdhe, memangnya dengan mengerjakan bersama-sama gitu lebih mudah ya ? Bukannya kalau tiga zona waktu malah waktu kerja kita bertambah?”
“Dengan tiga zona waktu kerja di Indonesia memang waktu standby-nya makin lama, Thole. Tetapi kebersamaan itu lebih memudahkan”.
Di
dunia ini satu hari setara dengan 24 jam. Bila keliling bumi ini dibagi
menjadi 360derajat bujur, maka satu jam adalah 15 derajat bujur.
Masing-masing tempat yang sama lokasi bujurnya semestinya memiliki zona
waktu yang sama. Namun masing-masing negara memutuskan zona waktunya
sendiri. Malaysia menggunakan zatu zona waktu walaupun masuk dalam dua
zona waktu, Singapore mengikuti zona waktu yang sama dengan zona waktu
disebelah timurnya, walaupun berada disebelah barat Jakarta.
Saat ini di Indonesia mengenal 3 zona waktu, yaitu- Waktu Indonesia Barat atau WIB yang mencakup pulau Jawa, Sumatra, serta Kalimantan Barat dan Tengah (GMT+7).
- Waktu Indonesia Tengah atau WITA yang mencakup Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil, serta Kalimantan Selatan dan Timur (GMT+8).
- Waktu Indonesia Timur atau WIT yang mencakup Maluku dan Papua (GMT+9).
Pembagian
tiga zona waktu ini merupakan pembagian waktu astronomis yaitu panjang
bujur Indonesia adalah 46 derajat. Pembagian zona waktu untuk 360
derajat dibagi 24 adalah 15 derajat. Jadi setiap 15 derajat bujur
kira-kira satu jam, kalau dengan perhitungan astronomis. Dengan alasan
itulah maka zona waktu di Indonesia memiliki tiga zona diatas.
Negara-negara
yang berdekatan dengan Indonesia memiliki waktu yang berbeda. Malaysia
menggunakan satu zona waktu seperti WITA. Walaupun berada disebelah
barat dari Jakarta, Singapore menggunakan waktu yang sama dengan WITA.
Sehingga Singapore dan Kauala Lumpur menggunakan zona waktu satu jam
lebih awal dari Jakarta. Artinya pasar modal serta waktu kerja mereka
satujam lebih dulu dibandingkan Jakarta.
Sulitnya Indonesia yang
memiliki 3 zona waktu yang berbeda-beda ini sering menjadi alasan untuk
sulitnya koordinasi. Tentusaja sulit karena yang disatu tempat sudah
mulai kerja yang lain masih tidur. Lihat ilustrasi dibawah ini.
Koordinasi dan potensi dalam persaingan.
Dengan
pola kerja selama 8 jam sehari, maka kita akan mengalami waktu kerja
yang sama hanya 4 jam saja. Tentusaja karena ada waktu istirahat satu
jam saja. Sehingga waktu koordinasi yang paling mudah dilakukan hanya 2
jam kemudian diselingi waktu istirahat yang berbeda satujam. Tentusaja
waktu ini menjadikan sehari hanya dapat berkoordinasi selama 4 jam saja
yang paling efektif.
Dengan penyatuan zona waktu maka satu hari
akan memiliki 8 jam masa kerja bersama. Hanya saja bagi mereka yang
berada di zona WITimur sebelumnya akan terasa sejam lebih siang
dibandingkan mereka yang berada do WITengah. Sebaliknya yang sebelumnya
berada di WIBarat akan maju satu jam untuk memulai kerja. Waktu kerja di
jakarta akan serasa lebih pagi satu jam dari sebelumnya.
“Wah aku jadi harus bangun lebih pagi Pakdhe ?”
Tentusaja
dengan memulai bersama dan mengakhiri jam kerja yang sama akan membuat
efisiensi lebih besar, karena kebutuhan energi, serta waktu standbynya
semua sama. Kalau sebelumnya harus 12 jam waktu standby, sekarang
sama-sama hanya 9 jam standby dari pagi hingga siang.
Selain itu
jam mulai kerja di tiga kota utama ASEAN (Malaysia, Singapore, dan
Jakarta) akan memulai dari jam yang sama. Dengan demikian ketika ada
oportunity atau peluang yang bagus, akan diantisipasi dalam waktu yang
sama. Sebelumnya Jakarta selalu satu jam ketinggalan dari Kuala Lumpur
dan Singapore.
Bagaimana dengan istirahat dan sholat ?
Salah
satu yang dikeluhkan adalah kesempatan waktu ibadah sholat Dzuhur, dan
Jumatan. Sebenernya hal ini tidak perlu dikeluhkan, toh selama ini kita
juga melakukan Sholat Ashar pada saat jam kantor. Dimana waktunya juga
berada disela-sela waktu kerja. Dan masih diberi kesempatan untuk
mengerjakannya. Artinya waktu sholat tidak terpengaruh oleh arloji.
Waktu sholat ditentukan oleh posisi matahari. Karena waktu sholat juga
bergeser sekian menit dalam beberapa hari, kan ? Yang jauh lebih penting
itu menjalankan sholat, bukan meributkan kapan wektu sholatnya.
Mudah-mudahan
saja penyatuan zona waktu di Indonesia ini memang memberikan manfaat
lebih baik untuk negeri. Dan yang pasti satu lagi pemersatu bangsa ini
yaitu WAKTU !
Catatan tambahan
Membandingkan sulitnya Aceh dan Papua seperti membandingkan Jakarta dan Kualalumpur.
Kualalumpur
saat ini sewaktu Indonesia bagian tengah, mereka tidak kesulitan. Dan
selama tujuh tahun saya di Kualalumpur, saya tidak merasakan kesulitan.
Tidak ada masalah bioritmik, ibadah, istirahat siang serta jam kerja
utk koordinasi dengan rekan sekerja yang ada di Sabah-Sarawak.
Saya
kira Aceh dan Papua akan cepat menyesuaikan diri dalam penyatuan waktu
ini. Soal ibadahpun kita selama ini melakukan sholat Ashar didalam waktu
kerja. Dan berjalan tanpa masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar