Tepat setahun yang lalu terjadi gempa tsunami terbesar di Jepang
terjadi pada tanggal 11 Maret 2011. Saat itu di Indonesia kita sedang
sibuk mengamati banjir lahar di lereng Gunung Merapi. Banjir lahar
akibat letusan beberapa bulan sebelumnya yang memuntahkan 150 juta M3
material. Saat ini masih ada sisa 90 juta meter kubik di lereng merapi.
Ada beberapa pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa ini.
Pada
saat gempa yang disusul dengan terjadinya tsunami Jepang ini kebanyakan
langsung melihat bagaimana dahsyatnya tsunami ini dalam berbagai video,
termasuk dalam beberapa tulisan lama dalam link dibawah ini. Satu hal
yang perlu diketahui adalah “kesuksesan” Jepang dalam menghadapi tsunami
yang mengakibatkan kerugian hingga mencapai ratusan milliar dollar
(100′s billion US dollars).
“Pakdhe, rugi billion dollar kok sukses sih ?”
Salah
satu tolok ukur kesuksesannya adalah berhasilnya jepang mengurangi
jumlah korban meninggal akibat gempa-tsunami ini. Setiap 1 Oktober di
Distrik Taro dilakukan gladi nasional. Seluruh komponen masyarakat
terlibat. Anak-anak sekolah dan pekerja pabrik diliburkan untuk gladi
tersebut. Gladi dinilai sangat efektif. Di Distrik Taro, saat gempa dan
tsunami tahun 1896 jumlah korban tewas 83%. Namun saat tsunami 1993 jumlah korban berkurang menjadi 20% dan tsunami 2011 hanya 6% dari total jumlah penduduk. Tentusaja sebuah penurunan korban yang harus diacungi jempol.
Pemodelan yang dilakukan sebelumnya.
Banyak sekali survey penelitian yang dilakukan oleh Jepang termasuk diantaranya melihat endapan-endapan di pinggir pantai yang diperkirakan dibentuk oleh proses gelombang tsunami.
Di
Sendai ini sebuah pemodelan gempa yang diikuti tsunami sudah pernah
dituliskan dalam sebuah jurnal ilmiah di Journal of Natural Disaster
Science, Volume 23, Number 2, 2001, pp83-88. Dalam jurnal DIsaster
Science tahun 2001 dibuat sebuah model seperti dobawah ini.
Tentusaja
dengan modal model seperti diatas itulah dilakukan latihan-latihan
setiap 1 Oktober. Tentusaja latihan-latihan ini harus dilakukan secara
serius. Di PAdang juga pernah dilakukan latihan oleh departemen pertahanan
Latihan ini melibatkan angkatan bersenjata Amerika. Namun yang lebih
diperlukan adalah latihan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Pemodelan
serta latihan tidak akan mengurangi besarnya gempa dan tingginya
gelombang tsunami. Namun dapat diyakini mampu menurunkan jumlah korban
dan kerugian akibat gempa-tsunami.
Semoga kita nantinya juga mampu
menekan korban bencana setelah melakukan mitigasi, latihan serta
meningkatkan koordinasi dalam tanggap bencana.